Assalamu'alaikum...

harap dibaca....

Selamat datang di Blog saya.

Foto saya
Purwokerto, Jawa Timur, Indonesia

Sabtu, 19 Desember 2009

Pengaruh pemanfaatan media pembelajaran terhadap hasil belajar fisika ditinjau dari minat belajar
siswa kelas xii SMA kabupaten Sragen
Indriyanto
ABSTRAK Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : (1) Untuk mengetahui pengaruh antara hasil
belajar Fisika pada kelompok siswa yang diajar dengan CD Komputer dengan kelompok siswa yang diajar
dengan OHP. (2) Untuk mengetahui pengaruh antara hasil belajar Fisika pada kelompok siswa yang memiliki
minat belajar Fisika tinggi, dan kelompok siswa yang memiliki minat belajar Fisika rendah, (3) Untuk
mengetahui interaksi pengaruh antara pembelajaran dengan menggunakan CD komputer dan minat belajar
terhadap hasil belajar Fisika. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen. Penelitian
dilaksanakan bulan Desember 2006 dengan populasi siswa SMA Kabupaten Sragen. Sampel penelitian
diperoleh dengan teknik cluster random sampling hingga diperoleh 120 siswa sebagai responden. Teknik
pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan angket untuk mendapatkan data berupa minat belajar
Fisika dan tes untuk mendapatkan data berupa hasil belajar Fisika. Validitas instrumen diuji dengan
menggunakan teknik validitas butir soal dengan rumus product moment. Reliabilitas angket diuji dengan
rumus cronbach’s alpha dan diperoleh koefisien reliabilitas r11 = 0,981 sedangkan pada reliabilitas tes juga
menggunakan rumus cronbach’s alpha diperoleh koefisien reliabilitas r11 = 0,88 dilanjutkan dengan analisis
butir soal yang meliputi tingkat kesukaran soal dan daya beda. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis variansi (Anava) yang dilanjutkan dengan uji komparasi ganda. Hasil analisis data pada taraf
signifikansi 5% sebagai berikut : (1) Terdapat perbedaan pengaruh antara hasil belajar Fisika pada kelompok
siswa yang diajar dengan menggunakan CD komputer dengan kelompok siswa yang diajar dengan OHP (Fa
= 113,082 > F0,5 = 3,96), (2) Terdapat perbedaan pengaruh antara hasil belajar Fisika pada kelompok siswa
yang memiliki minat belajar Fisika tinggi dan kelompok siswa yang memiliki minat belajar Fisika rendah (Fb =
6,322 > F05 = 3,07), (3) Terdapat pengaruh penggunaan CD Komputer dan minat belajar Fisika terhadap
hasil belajar Fisika (Fab = 3,868 > F05 = 3,07).
1/1

Sabtu, 21 November 2009

Peran Bahan Ajar dalam Pembelajaran

* Bahan ajar adalah bahan-bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis yang digunakan guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
* Bahan ajar dapat berperan bagi guru dan siswa. Bagi guru, bahan ajar dapat berperan dalam hal: menghemat waktu guru mengajar, mengubah peran guru menjadi fasilitator, dan membantu proses pembelajaran menjadi lebih efektif. Sementara peran bahan ajar bagi siswa adalah membantu siswa dapat belajar tanpa harus ada guru atau siswa lain, siswa dapat belajar kapan dan di mana saja, siswa dapat belajar dengan kecepatannya sendiri, siswa dapat belajar menurut urutannya sendiri dan membantu potensi siswa untuk menjadi pelajar mandiri.
* Peran bahan ajar dalam pembelajaran klasikal adalah sebagai bahan yang tak terpisahkan atau pelengkap dari buku utama. Pemanfaatan bahan ajar dalam pembelajaran klasikal dapat meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
* Peran bahan ajar dalam pembelajaran individual adalah sebagai bahan utama dan sangat menentukan dalam proses pembelajaran. Di samping itu, bahan ajar juga dapat dijadikan sebagai alat yang dapat digunakan untuk menyusun dan mengawasi proses siswa memperoleh informasi.
* Bahan ajar merupakan bahan yang terintegrasi dalam pembelajaran kelompok.

Kegiatan Belajar 2
Jenis Media Cetak dan Noncetak

1. Bahan ajar dikelompokkan menjadi bahan ajar cetak, noncetak dan bahan ajar display.
2. Bahan ajar cetak adalah sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas, yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran dan penyampaian informasi. Contohnya adalah buku teks, modul, handout, dan lembar kerja siswa.
3. Kelebihan bahan ajar cetak adalah:
a. mudah diperoleh dan dibawa ke mana-mana,
b. mudah dipelajari kapan dan di mana pun,
c. tidak memerlukan alat khusus untuk menggunakannya,
d. pengirimannya relatif mudah dan murah dibanding media lainnya, serta
e. merupakan media yang paling canggih untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk belajar tentang fakta dan prinsip-prinsip umum serta abstrak dengan menggunakan argumentasi yang logis.
4. Kekurangan bahan ajar cetak adalah:
a. tidak mampu mempresentasikan gerakan,
b. pemaparan materi dalam bahan ajar cetak cenderung linier,
c. tidak mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan,
d. untuk membuat bahan ajar cetak yang bagus, diperlukan biaya yang tidak sedikit,
e. membutuhkan kemampuan baca yang tinggi dari pembacanya,
f. tidak dapat atau sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahami bagian tertentu dari bahan ajar tersebut, serta
g. sulit untuk memberikan umpan balik untuk pertanyaan-pertanyaan kompleks yang memiliki kemungkinan banyak jawaban.
5. Jenis bahan ajar noncetak di antaranya adalah OHT, audio, slide, video dan komputer.
6. Kelebihan bahan ajar noncetak secara umum adalah:
a. dapat menggambarkan gerakan, keterkaitan, dan memberikan dampak terhadap topik yang dibahas,
b. dapat dikombinasikan antara gambar dengan gerakan, serta
c. fleksibel dan mudah diadaptasi.
7. Kekurangan bahan ajar noncetak secara umum adalah:
a. pada umumnya membutuhkan alat khusus untuk menggunakannya,
b. tidak kompatibel antarjenis yang ada, serta
c. aliran informasi yang disampaikan sangat fixed.

Kegiatan Belajar 3
Jenis Bahan Ajar Display

Jenis bahan ajar display adalah jenis bahan ajar yang berisi materi tulisan atau gambar yang dapat ditampilkan di dalam kelas, di kelompok kecil atau siswa secara perseorangan tanpa menggunakan alat proyeksi.

Yang termasuk jenis bahan ajar display di antaranya adalah flipchart, adhesive, chart, poster, peta, foto dan realia.

Jenis bahan ajar display memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihannya di antaranya adalah:

* dapat diletakkan dengan mudah di kelas atau di ruang-ruang sekolah,
* harganya relatif murah,
* dapat dikembangkan sendiri oleh guru yang memiliki bakat seni dan dapat dikembangkan untuk hampir semua mata pelajaran, serta
* display yang bagus mampu menarik perhatian siswa, merangsang minat.
* mampu memperjelas arti, dan mampu menyederhanakan informasi yang kompleks.

Kekurangannya juga ada, yaitu:

1. terlalu kecil untuk dimanfaatkan dalam proses pembelajaran, kecuali yang telah dirancang khusus untuk keperluan itu, serta
2. jenis bahan ajar display merupakan media diam, sehingga tidak cocok untuk mengajarkan hal-hal yang berkaitan dengan gerakan.

MODUL 2
FAKTOR DAN PROSEDUR PENGEMBANGAN BAHAN AJAR

Kegiatan Belajar 1
Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengem-bangan Bahan Ajar

Seorang guru diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar untuk digunakan dalam proses pembelajaran di kelasnya. Dalam proses pengembangan bahan ajar tersebut, terdapat 7 (tujuh) faktor yang harus dipertimbangkan oleh guru agar bahan ajarnya menjadi efektif. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.

1. Kecermatan isi, berkenaan dengan validitas isi dan keselarasan isi.
2. Ketepatan cakupan, berkenaan dengan keluasan dan kedalaman materi, serta keutuhan konsep yang dibahas berdasarkan bidang ilmunya.
3. Ketercernaan bahan ajar, berkenaan dengan kemudahan bahan ajar tersebut dipahami dan dimengerti oleh siswa sebagai pengguna.
4. Penggunaan bahasa, berkenaan dengan pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna.
5. Perwajahan/pengemasan, berkenaan dengan penataan letak informasi dalam satu halaman cetak.
6. Ilustrasi, berkenaan dengan variasi penyampaian pesan dalam bahan ajar agar lebih menarik, memotivasi, komunikatif, dan membantu pemahaman siswa terhadap isi pesan.
7. Kelengkapan komponen, berkenaan dengan paket bahan ajar yang dapat berfungsi sebagai komponen utama, komponen pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar.

Kegiatan Belajar 2
Prosedur Pengembangan Bahan Ajar

Dalam mengembangkan bahan ajar yang baik, ada lima langkah utama yang sebaiknya diikuti yaitu:

Tahap analisis merupakan tahap untuk mencari informasi mengenai perilaku dan karakteristik awal yang dimiliki siswa.

Tahap perancangan adalah tahap perumusan tujuan pembelajaran berdasarkan hasil analisis, pemilihan topik mata pelajaran, pemilihan media dan sumber, serta pemilihan strategi pembelajaran.

Tahap pengembangan merupakan tahap penulisan bahan ajar secara utuh. Tulislah apa yang dapat Anda tulis, tidak perlu harus urut.

Tahap evaluasi merupakan tahap yang harus dilalui untuk memperoleh masukan bagi penyempurnaan bahan ajar yang telah dikembangkan. Ada empat cara yang dapat dilakukan yaitu telaah oleh ahli materi, uji coba satu-satu, uji coba kelompok kecil, dan uji coba lapangan.

Berdasarkan komentar yang diperoleh pada setiap tahap evaluasi, revisi dilakukan terhadap bagian bahan ajar yang perlu diperbaiki dan penyesuaian pada bagian lainnya agar bahan ajar yang dikembangkan tersebut menjadi bahan ajar yang utuh dan terpadu.

MODUL 3
PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN MEDIA CETAK: MODUL, HANDOUT DAN LKS DALAM PEMBELAJARAN

Kegiatan Belajar 1
Pengembangan dan Pemanfaatan Modul dalam Pembelajaran

1. Manfaat penggunaan medium modul yang utama dalam proses pembelajaran adalah memfasilitasi pembaca untuk mempelajari dan memahami materi tanpa perlu secara fisik didampingi guru/dosen/fasilitator.
2. Untuk dapat dimanfaatkan secara optimal dalam proses pembelajaran, medium modul harus dipersiapkan dengan memperhatikan aspek kedalaman materi dan kesiapan pembaca.
3. Secara umum, tahapan pengembangan medium modul terdiri dari empat tahap, yaitu (1) identifikasi tujuan instruksional, (2) memformulasi garis besar materi, (3) menulis materi, serta (4) menentukan format dan tata letak.
4. Medium modul dapat digunakan pada setiap tahap dalam proses belajar.

Kegiatan Belajar 2
Pengembangan dan Pemanfaatan Handout dalam Pembelajaran

1. Handout merupakan salah satu bentuk media cetak. Handout lebih bersifat ringkas daripada modul karena fungsi utamanya sebagai suplemen.
2. Pengembangan handout dilakukan dengan mengikuti tahapan tertentu, yaitu penentuan tujuan instruksional, pemilihan materi, dan tampilan fisik.
3. Dalam proses pembelajaran, handout dapat digunakan sebagai sumber materi dan pengayaan.

Kegiatan Belajar 3
Pengembangan dan Pemanfaatan LKS dalam Pembelajaran

1. LKS (Lembar Kerja Siswa) adalah materi ajar yang dikemas secara terintegrasi sehingga memungkinkan siswa mempelajari materi tersebut secara mandiri.
2. Dalam LKS siswa akan mendapat uraian materi, tugas, dan latihan yang berkaitan dengan materi yang diberikan.
3. Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) merupakan salah satu metode yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil yang optimal dari pemanfaatan media cetak untuk bahan ajar.
4. Desain untuk LKS harus memperhatikan variabel ukuran, kepadatan halaman, dan kejelasan.
5. Empat langkah dalam pengembangan LKS adalah (1) penentuan tujuan instruksional, (2) pengumpulan materi, (3) penyusunan elemen, serta (4) cek dan penyempurnaan.

MODUL 4
PENGEMBANGAN DAN PEMANFAATAN MEDIA CETAK: TAMPILAN VISUAL DAN STORY BOARD

Kegiatan Belajar 1
Tampilan Visual

1. Empat faktor yang perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas komunikasi melalui perbaikan desain tampilan visual adalah (a) kejelasan tampilan, (b) energi atau usaha yang dibutuhkan untuk memahami pesan tampilan, (c) keterlibatan aktif peserta didik, dan (d) fokus perhatian peserta didik.
2. Kualitas tampilan ditentukan oleh pemilihan dan penyusunan elemen untuk disatukan dalam tampilan, pemilihan pola untuk digunakan dalam tampilan, dan penyatuan elemen dengan berpedoman pada pola yang telah ditentukan.
3. Elemen dapat dibagi menjadi tiga yaitu (a) elemen visual, (b) elemen verbal, dan (c) elemen yang menambah daya tarik. Pemanfaatan elemen sesuai dengan karakteristiknya akan meningkatkan kualitas tampilan visual.
4. Pengaturan elemen sehingga didapat tampilan yang efektif dalam menyampaikan pesan perlu dilakukan dengan memperhatikan empat faktor, yaitu: (a) kedekatan, (b) petunjuk, (c) kontras, dan (d) konsistensi.

Kegiatan Belajar 2
Pengembangan dan Pemanfaatan Story Board dalam Pembelajaran

1. Story board digunakan karena fleksibilitas yang diberikan dalam proses pengembangannya. Di samping itu, manfaat story board adalah untuk (1) mengurutkan informasi, (2) praktek menarik kesimpulan, dan (3) membuat perencanaan.
2. Story board menggunakan kartu-kartu yang masing-masing berisi pesan untuk disusun sedemikian rupa sehingga menghasilkan pesan utuh. Tidak ada aturan baku mengenai kartu. Kartu dapat menggunakan kertas indeks, potongan kertas biasa, atau kertas lem.
3. Story board tidak memiliki format baku. Format story board ditentukan oleh tujuan pengembangan story board. Masing-masing pengembang dapat menggunakan format yang berbeda.
4. Kartu-kartu yang digunakan dalam proses pengembangan story board dapat berakhir dengan cara (1) dibuang, (2) diedit, atau (3) disusun ulang.
5. Dasar atau alas story board dibuat dengan memperhatikan jenis kayu dan bahan.

MODUL 5
PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR NONCETAK: TRANSPARANSI, AUDIO, DAN AUDIOTRANSPARANSI

Kegiatan Belajar 1
Pemanfaatan dan Pengembangan Medium Transparansi

Nah, sekarang mari kita lihat kembali apa yang telah dibahas di muka. Medium transparansi atau OHT merupakan salah satu alat bantu yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Manfaat medium transparansi antara lain adalah untuk membantu Anda:

1. menerangkan suatu konsep atau teori yang bersifat abstrak, dengan cara mem-visualkannya dalam lembaran transparansi;
2. memperjelas ringkasan materi yang diajarkan; dan
3. mengajar pada kelas besar untuk pembelajaran yang bersifat massal.

Proses pengembangan medium transparansi dapat dibagi dalam dua tahap, yaitu: (1) penyiapan materi, serta (2) pembuatan lembaran transparansi itu sendiri.

Kegiatan Belajar 2
Pemanfaatan dan Pengembangan Program Audio

Sekarang mari kita lihat kembali apa yang telah kita bahas dalam kegiatan belajar ini. Program audio merupakan alat bantu mengajar yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran massal, individual, ataupun kelompok. Manfaat utama penggunaan program audio adalah untuk memberikan ilustrasi konkret suatu materi pelajaran. Program audio juga dapat digunakan sebagai bahan ajar utama ataupun bahan ajar pendukung yang diintegrasikan dengan pembelajaran lisan. Pemanfaatan program audio di kelas sebaiknya diikuti dengan diskusi dan praktek untuk memperkuat manfaat penggunaan program dalam proses belajar siswa.

Kegiatan Belajar 3
Pemanfaatan dan Pengembangan Audiotransparansi

Audiotransparansi merupakan alat bantu mengajar yang menggabungkan kekuatan visual dan suara. Dengan demikian, materi yang disajikan dapat menjadi suatu bahan pembelajaran yang utuh dan terpadu.

MODUL 6
PEMANFAATAN DAN PENGEMBANGAN BAHAN AJAR NONCETAK: PROGRAMVIDEO DAN BAHAN AJAR BERBANTUAN KOMPUTER

Kegiatan Belajar 1
Pemanfaatan dan Pengembangan Program Video

Sekarang mari kita lihat kembali apa yang telah kita bahas dalam kegiatan belajar ini. Kaset video merupakan alat bantu mengajar yang dapat digunakan untuk proses pembelajaran massal, individual, ataupun kelompok. Manfaat utama penggunaan kaset video adalah untuk memberikan ilustrasi konkret suatu materi pelajaran. Pemanfaatan medium video terutama efektif untuk menghadirkan suatu gambaran riil yang dapat membangkitkan emosi siswa untuk tujuan pembelajaran yang bersifat afektif. Medium ini juga dapat digunakan sebagai bahan ajar utama ataupun bahan ajar pendukung yang diintegrasikan dengan pengajaran lisan di dalam kelas.

Kegiatan Belajar 2
Pemanfaatan dan Jenis Bahan Ajar Berbantuan Komputer

Pada kegiatan belajar ini, Anda telah mempelajari mengenai manfaat dan jenis bahan ajar berbantuan komputer. Bahan ajar berbantuan komputer pada dasarnya dapat bersifat satu arah dan dua arah, tergantung dari rancangan dan jenis komputer yang digunakan. Bahan ajar berbantuan komputer seperti CAI dan CBI pada umumnya bersifat satu arah dan dirancang untuk digunakan pada komputer mandiri. Sedangkan bahan ajar berbantuan komputer dua arah seperti WBC pada umumnya dirancang untuk digunakan pada komputer yang tersambung ke suatu jaringan lokal ataupun Internet, sehingga dapat memfasilitasi komunikasi dan interaksi antara siswa dengan guru/tutor dan antara siswa dengan siswa lainnya. Bahan ajar berbantuan komputer sangat efektif untuk menghadirkan aktivitas pembelajaran seperti drill, simulasi, dan permainan.

MODUL 7
BAHAN AJAR DISPLAY

Kegiatan Belajar 1
Bentuk Informasi dan Pengetahuan dalam Bahan Ajar Display

Bahan ajar display pada dasarnya digunakan untuk menyampaikan informasi dan pengetahuan pada audiens dalam jumlah sedang. Bentuk informasi yang digunakan dalam bahan ajar display selain dapat berupa bahan dua dimensi seperti gambar dan foto, juga dapat berupa bahan tiga dimensi, seperti realia, model, dan diorama. Gambar yang merupakan bahan ajar dua dimensi dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu: diagram, grafik, chart, poster, kartun, dan produk fotografi.

Bahan ajar display tiga dimensi yang berupa realia, model, dan diorama dapat berupa benda riil atau benda-benda yang digunakan untuk mewakili benda riil tersebut.

Kegiatan Belajar 2
Merancang Gambar untuk Bahan Ajar Display

Untuk menciptakan bahan ajar display yang efektif, penyampaian pesan dan informasi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: (a) karakteristik siswa, (b) tujuan pembelajaran, (c) informasi yang tersedia, (d) keterlibatan siswa, dan (e) evaluasi.

Di samping faktor di atas ada beberapa faktor lain yang perlu dipertimbangkan khususnya dalam memproduksi bahan ajar display dua dimensi seperti poster, chart, grafik, dan bulletin board. Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam mendesain dan membuat bahan ajar display dua dimensi yaitu (a) mengumpulkan bahan/informasi, (b) menentukan tata letak, dan (c) mendisplay bahan informasi.

MODUL 8
PAPAN DISPLAY

Kegiatan Belajar 1
Jenis Papan Display

Display atau pameran mempunyai maksud adanya upaya untuk memperlihatkan sesuatu yang berupa informasi dan pengetahuan kepada khalayak (audience). Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengkomunikasikan informasi dan pengetahuan tertentu. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan papan display, yang terdiri dari beberapa jenis yaitu:

1. papan tulis (blackboard atau whiteboard),
2. papan magnetis,
3. papan buletin, dan
4. papan flanel.

Penggunaan papan display untuk mengkomunikasikan informasi dan pengetahuan mempunyai beberapa tujuan yaitu: dekoratif, motivasional dan instruksional. Jika digunakan untuk keperluan pembelajaran, penyampaian informasi dan ilmu pengetahuan, ketiga faktor tersebut di atas harus merupakan satu kesatuan.

Kegiatan Belajar 2
Mendesain dan Membuat Papan Buletin (Bulletin Board)

Bulletin board atau papan buletin adalah salah satu bentuk papan display yang relatif mudah dan murah pembuatannya. Papan buletin umumnya digunakan sebagai salah satu sumber informasi dan pengetahuan di sekolah. Penggunaan papan buletin dapat disebut efektif apabila mampu membuat siswa mau mempelajari isi informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalamnya.

Papan buletin dapat digunakan sebagai papan informasi serbaguna, karena dapat digunakan untuk memamerkan baik benda-benda dua dimensi maupun benda-benda tiga dimensi. Papan buletin bahkan dapat digunakan untuk memamerkan benda nyata. Guru dapat memamerkan informasi dan ilmu pengetahuan secara lebih kreatif dengan menggunakan papan buletin.

Papan buletin dapat berukuran sedang atau besar. Pada umumnya papan buletin berukuran panjang 4 m dan lebar 1,5 m. Papan buletin dapat digunakan tidak hanya untuk memamerkan benda-benda dua dimensi, tetapi juga benda-benda tiga dimensi atau benda nyata.

MODUL 9
EVALUASI BAHAN AJAR CETAK

Kegiatan Belajar 1
Kelebihan dan Kelemahan Bahan Ajar Cetak

1. Segi positif pemakaian bahan ajar cetak dapat dikelompokkan dalam lima aspek, yaitu (a) aspek media, (b) aspek pengajaran, (c) aspek kualitas penyampaian, (d) aspek penggunaan, dan (e) aspek ekonomi.
2. Segi negatif penggunaan bahan ajar cetak meliputi (a) ketidakmampuan mempresentasikan gerak, (b) kesulitan dalam pemberian bimbingan bagi siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami materi, (c) kesulitan memberikan umpan balik, (d) memerlukan tingkat kemampuan baca tertentu, (e) memerlukan pengetahuan prasyarat, (f) kemungkinan digunakan sebagai alat menghapal, (g) memuat terlalu banyak terminologi, dan (h) cenderung pasif dan satu arah.
3. Faktor yang perlu diperhatikan pada saat mengembangkan bahan ajar meliputi: (a) kecermatan isi / materi, (b) ketepatan cakupan isi, (c) ketercernaan pemaparan, (d) penggunaan bahasa, (e) perwajahan, (f) penggunaan ilustrasi, dan (g) kelengkapan komponen.

Kegiatan Belajar 2
Variabel dan Evaluasi

1. Ada tiga pertanyaan yang harus dijawab sebelum seseorang dapat menentukan evaluasi seperti apa yang akan dilakukan terhadap bahan ajar cetak, yaitu: (a) Apa yang dievaluasi?, (b) Siapa yang akan dilibatkan?, dan (c) Aspek apa yang dievaluasi?
2. Format untuk evaluasi bahan ajar cetak dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dengan memperhatikan bentuk bahan ajar cetak, aspek yang dievaluasi, dan asal bahan ajar cetak.

MODUL 10
EVALUASI BAHAN AJAR NONCETAK

Kegiatan Belajar 1
Evaluasi Formatif vs Evaluasi Sumatif

Evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk menilai sesuatu. Evaluasi bahan ajar oleh karenanya, dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang dilakukan untuk menilai efektivitas dan efisiensi sebuah bahan ajar.

Hasil akhir dari kegiatan evaluasi adalah rekomendasi atau usulan yang dapat dijadikan sebagai dasar untuk melakukan suatu tindakan.

Berdasarkan tujuan akhir yang akan dicapai, evaluasi dapat diklasifikasikan menjadi evaluasi formatif dan evaluasi sumatif.

Evaluasi formatif adalah evaluasi yang bertujuan untuk menemukan kelemahan yang terdapat dalam sebuah bahan ajar dengan tujuan untuk memperbaikinya. Evaluasi formatif pada umumnya diterapkan dalam proses pengembangan dan produksi sebuah bahan ajar.

Evaluasi sumatif dilakukan dengan tujuan untuk menentukan nilai akhir dari sebuah bahan ajar. Hasil akhir dari evaluasi formatif adalah rekomendasi atau usulan untuk memilih bahan ajar yang tepat.

Tujuan evaluasi yang akan dicapai dapat tercermin dari pertanyaan-pertanyaan yang diajukan pada waktu melakukan kegiatan pengumpulan data dan informasi.

Inti dari kegiatan evaluasi formatif adalah uji coba dan revisi bahan ajar. Kegiatan uji coba dan revisi bahan ajar membentuk suatu siklus yang akan berhenti apabila bahan ajar telah mencapai kualitas yang memuaskan.

Kegiatan Belajar 2
Model dan Prosedur Evaluasi Formatif

* Pada dasarnya Evaluasi Formatif digunakan untuk menemukan kelemahan-kelemahan dalam sebuah bahan ajar dengan tujuan untuk memperbaiki kelemahan tersebut.
* Ada beberapa model evaluasi formatif yang dapat digunakan yaitu reviu program oleh pakar (expert review), pengembangan dan pengujian bahan ajar (developmental testing); verifikasi dan revisi program oleh siswa (learner verification and revision); dan model tiga tahap (three - stages model). Program dalam hal ini adalah bahan ajar yang tengah dikembangkan.
* Sebagian besar model evaluasi formatif yang digunakan untuk melakukan evaluasi terhadap sebuah bahan ajar pada umumnya menggunakan siswa sebagai responden atau sumber informasi/data.
* Penggunaan siswa sebagai responden dimaksudkan agar data dan informasi yang diperoleh tentang bahan ajar sangat akurat. Hal ini disebabkan pengguna bahan ajar yang dievaluasi adalah siswa.
* Ada beberapa teknik yang dapat digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yaitu kuesioner dan wawancara. Teknik lain yaitu uji coba bahan ajar dengan melakukan pretest dan post-test.

Kegiatan Belajar 3
Evaluasi Bahan Ajar Noncetak

Evaluasi bahan ajar pada dasarnya dilakukan dengan maksud untuk mengetahui tingkat efektivitasnya jika digunakan dalam aktivitas pembelajaran. Di samping itu, evaluasi bahan ajar juga sering dilakukan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada di dalamnya dengan tujuan untuk melakukan revisi. Karena jenisnya yang beragam, evaluasi bahan ajar noncetak harus dilakukan secara spesifik sesuai dengan karakteristik bahan ajar tersebut. Untuk mengetahui kualitas bahan ajar noncetak kita perlu mengetahui komponen-komponen bahan ajar noncetak yang pada dasarnya terdiri dari: (a) kualitas isi/materi bahan ajar, (b) kualitas teknis bahan ajar, dan (c) kemasan bahan ajar.

Sabtu, 19 September 2009

PELAKSANAAN METODE DRILL (LATIHAN SIAP) DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

PELAKSANAAN METODE DRILL (LATIHAN SIAP)
DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB
Oleh: Ahmad Muradi*
Metode pembelajaran bahasa Arab yang sering digunakan oleh
pengajar bagi pemula (baru belajar bahasa Arab) adalah metode drill
(latihan siap). Sebab metode ini sesuai dengan fitrah bahasa dan fitrah
manusia. Yang pertama kali berfungsi panca indra pada manusia adalah
mendengar lalu kemudian berbicara. Di sinilah metode yang satu
ini berperan. Oleh karena itu, guru atau pengajar bahasa (khususnya
bahasa Arab) sangat berkepentingan memahami bagaimana pelaksanaan
metode drill ini dalam pembelajaran bahasa Arab. Sebab yang
menjadi tujuannya adalah agar siswa cepat tcrampil berbahasa Arab
dalam waktu singkat.
Kata-kata kunci: Metode drill, pembelajciran hahasaArab, maharah
(keterampilan)
A. Pendahuluan
Yusuf dan Syaiful Anwar (1995: 151) menginformasikan bahwa negara maju
seperti Amerika, Eropa, dan sebagainya telah menerapkan metodologi pengajaran
bahasa Arab telah berjalan baik. Pengajaran bahasa Arab yang mereka lakukan disertai
alat-aJat peraga/media pengajaran (audio visiucd aids) tersedia lengkap. Sehingga
dalam waktu enam bulan sampai satu tahun saja orang sudah mampu mengikuti kuliahkuliah,
memahami buku-buku, berkomunikasi/berkunjung ke negara-negara Arab.
Bahkan dapat menulis disertasi dengan bahasa Arab.
Hal demikian menjadi tantangan bagi dunia pendidikan Indonesia. Khususnya
sekolah-sekolah agama maupurt perguruan tinggi Islam yang telah menggunakan
kurikulum yang berorientasi pada agama dari tingkat dasar sampai perguruan tinggi,
Tujuan pengajaran pada hakikatnya adalah suatu proses mengubah anak didik
sebelum dilibatkan dalam kegiatan tersebut menjadi anak didik sesudah mengalami
kegiatan tersebut dalam waktu tertentu. Oleh karena itu berhasil tidaknya suatu
pengajaran ditentukan oleh berbagai macam faktor diantaranya adalah faktor metode
* Tenaga Pengajar Bahasa Arab pada Fakultas Tarbiyah IAIN Antasari Banjannasm
dan Staf Bahasa Arab pada Pusat Pelayanan Bahasa IAIN Antasari Banjarmasin2
FIKRAH, Vol. 5, No. 1, Januari-Juni 2006
BegituJuga dengan pengajaran bahasa Arab. Sumardi (1974: 7) menyatakan: "Dalam
pengajaran bahasa salah satu segi yang sering disoroti adalah segi metode. Sukses
tidaknya suatu program pengajaran bahasa seringkali dinilai dari segi metode yang
digunakan. Sebab metodelah yang menentukan isi dalam mengajarkan bahasa".
LIraian di atas menunjukkan, metode baik metode secara umum maiipun
metode untuk pengajaran bahasa Arab bisa mengarahkan keberhasilan belajar anak
didik serta mendorong keijasama dalam kegiatan belajar mengajar antara pendidik
dengan anak didik. Di samping itu metode Juga dapat memberikan inspirasi pada anak
didik melalui proses hubungan yang serasi antara pendidik dan anak didik seiring
dengan tujuan pendidikan (Muhaimin, 1993: 232).
Jadi jelas bahwa salah satu komponen yang sangat menentukan terhadap
berhasil atau tidaknya proses pengajaran adalah metodenya. Sebab dengan metode
motivasi belajar siswa akan bertambah. Sehingga transformasi pelajaran dari guru
kepada siswa akan mencapai sasaran dan keberhasilan. Namun dalam pengajaran
bahasa Arab sering terjadi perbedaan metode yang digunakan oleh seorang guru
dengan guru lainnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan pandangan atau approach
yang digunakan.
Untuk menentukan metode mana yang tepat, erat sekali hubungannya dengan
approach yang digunakan. Sebab pada dasamya metode-metode merupakan
penjabaran dari approach. Yang dimaksud dengan approach di sini adalah suatu
keyakinan tentang hakikat bahasa dan pengajaran bahasa.
Di samping itu, metode pembelajaran bahasa dipengaruhi pula oelh tujuan
pengajaran bahasa itu sendiri. Sebab tujuan pengajaran bahasa Arab itu akan sangat
berpengaruh dalam menentukan materi yang harus diajarkan dan menentukan sistem
serta metode yang hendak dipergunakan. Menurut AsaduHah (1995: 49) secara garis
besar tujuan pengajaran bahasa ada dua kategori, kategori bahasa sebagai alat dan
kategori bahasa sebagai tujuan.
Bahasa Arab sebagai alat yaitu alat untuk memahami ajaran-ajaran agama
Islam dari sumber asli yang berbahasa Arab. Tentu saja materi pengajarannya
ditekankan pada qira'ah (membaca). Bagaimana membaca yang bcnar serta bagaimana
bisa memahami bacaan. Dengan kata lain, penekanan pengajaran pada penguasaan

4 FIKRAH, Vol. 5, No.1, Januari-Jmi 2006
Adapun metode drill (latihan siap) itu sendiri menurut beberapa penda-pat
memiliki arti sebagai berikut;
a. Suatu teknik yang dapat diartikan sebagai suatu cara mengajar di mana siswa
melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan, siswa memiliki ketangkasan atau
keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari. (Roestiyah N.K,
1985:125).
b. Suatu metode dalam pendidikan dan pengajaran dengan jalan melatih anakanak
terhadap bahan pelajaran yang sudah diberikan. (Zuhairini, dkk, 1983:
106).
c. Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan
sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau
menyempumakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen. (Shalahuddin,
dkk, 1987: 100).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill
(latihan siap) adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan Jalan melatih
siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.
Dari segi pelaksanaannya siswa teriebih dahulu telah dibekali dengan
pengetahuan secara teori secukupnya. Kemudian dengan tetap dibimbing oleh
guru, siswa disuruh mempraktikkannya sehingga menjadi mahir dan terampil.
2. Tujuan Metode drill (latihan Siap)
Tujuan metode drill (latihan siap) adalah untuk memperoleh suatu
ketangkasan, keterampilan tentang sesuatu yang dipelajari anak dengan
melakukannya secara praktis pengetahuan-pengetahuan yang dipelajari anak itu.
Dan siap dipergunakan bila sewaktu-waktu diperiukan. (Pasaribu dan B.
Simandjuntak, 1986: 112).
Sedangkan menurut Roestiyah N.K (1985: 125-126) dalam strategi belajar
mengajar teknik metode drill (latihan siap) ini biasanya dipergunakan untuk tujuan
agar siswa:
a. Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis,
mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam
olah raga.
AHMAD MURADI, Pelaksanaan Metode ... 5
b. Mengembangkan kecakapan intetek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan,
mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak. Mengenal
benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca
dan sebagainya.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal
lain, seperti sebab akibat banjir - hujan; antara tanda hurufdan bunyi -ing, -ny
dan lain sebagainya; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan tarn-lain.
Dari keterangan-keterangan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa
tujuan dari metode drill (latihan siap) adalah untuk melatih kecakapan-kecakapan
motoris dan mental untuk memperkuat asosiasi yang dibuat.
3. Kebaikan Metode drill (Latihan Siap)
Menurut Yusufdan Syaifiil Anwar (1997: 66) kebaikan metode drill (latihan
siap) adalah;
a. Dalam waktu yang tidak lama siswa dapat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan.
b. Siswa memperoleh pengetahuan praktis dan siap pakai, mahir dan lancar.
c. Menumbuhkan kebiasaan belajar secara kontinue dan disiplin diri, melatih diri,
belajar mandiri.
d. Pada pelafaran agama dengan melalui metode latihan siap ini anak didJk
menjadi terbiasa dan menumbuhkan semangat untuk beramal kepada Allah.
Sedangkan menurut Zuhairini, dkk, (1983: 107) menguraikan hal tersebut
sebagai berikut:
a. Dalam waktu relatif singkat, cepat dapat diperoleh penguasaan dan
keterampilan yang diharapkanb-
Para murid akan memiliki pengetahuan siap.
c. Akan menanamkan pada anak-anak kebiasaan belajar secara rutin dan
disiplin.
6 FIKRAH, Vot. 5, No.1. Januari-Juni 2006
4. Kekurangan Metode Drill (Latihan Slap)
Team Kurikulum Didakt'k Metodik Kurikulum IKIP Surabaya (1981: 45-46)
dalam Pengantar Didaktik Metodik Kurikulum PBM menguraikan tentang
kekurangan dari metode drill sebagai berikut:
a. Menghambat bakat dan inisiatif siswa
MengaJar dengan metode drill berarti minat dan inisiatif siswa
dianggap sebagai gangguan dalam belajar atau dianggap tidak layak dan
kemudian dikesampingkan. Para siswa dibawa kepada kofomuitas dan
diarahkan menjadi uniformitas.
b. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan
Perkembangan inisiatif di dalam menghadapi situasi baru atau masalah
baru pelajar menyelesaikan persoalan dengan cara statis. Hal mi bertentangan
dengan prinsip belajar di mana siswa seharusnya mengorganisasi kembali
pengetahuan dan pengalaman sesuai dengan situasi yang mereka hadapi.
c. Membentuk kebiasaan yang kaku
Dengan metode latihan siswa belajar secara mekanis. Dalam
memberikan respon terhadap suatu stimulus siswa dibiasakan secara otomatis.
Kecakapan siswa dalam memberikan respon stimulus dilakukan secara
otomatis tanpa menggunakan vintelegensi. Tidaklah itu irrasional, hanya
berdasarkan routine saja.
d. Menimbulkan verbalisme
Setetah mengajarkan bahan pelajaran siswa berulang kali, guru
mengadakan ulangan lebih-lebih jika menghadapi ujian. Siswa dilatih
menghafal pertanyaan-pertanyaan (soal-soal). Mereka harus tahu, dan
menghafal jawaban-jawaban atau pertanyaan-pertanyaan tertentu. Siswa harus
dapat menjawab soal-soal secara otomatis. Karena itu maka proses belajar
yang lebih realistis menjadi terdesak. Dan sebagai gantinya timbullah responrespon
yang melalui bersifat verbalistis.

8 FIKRAH, Vol. 5. No.1, Januari-Juni 2006
Ha! ini berhubungan dengan metode drill dan metode Audio-Lingual (al-
Sam'iyyah al-Nuthqiyyah) di mana siswa dilatih menggunakan bahasa
dengan perubahan-perubahannya sesuai dengan objek, tentang sesuatu.
Oleh karenanya pemberian kosa ^ata/mu/raaat sangat diperlu-kan. Hal ini
berbeda dengan metode gramatika atau metode qcswaid wa tarjamah.
Sebab metode gramatika atau metode qawaid wa tarjamah dalam pembelajarannya
mengarah kepada diskusi dan analisis tentang susunan kalimat.
Dan ini hanya cocok bagi siswa yang sudah mempunyai dasar dalam
bahasa yang dipelajari /tingkat menengah dan atas bukan bagi pemula).
4. Bahasa adalah apa yang dikatakan secara aktif bukan apa yang mesti
dikatakan.
Maksudnya adalah siswa dibekali dengan ungkapan-ungkapan yang mashur/
resmt (/vshha) dan ungkapan-ungkapan yang tidak mashur/tidak resmi
('amiyyah). Serta dibekali dengan pola-pola kalimat dan contoh-contoh
yang bisa dipergunakan dalam berbicara. Dan bukan membekali siswa
dengan materi tentang perbedaan-perbedaan aksen (lahjah) antara satu
daerah (Arab) dengan daerah lain secara mendetail-
5. Bahasa dalam penuturannya berbeda-beda
Maksudnya adalah pengucapan, susunan, dan simantik serta aspek lainnya
antara bahasa ibu dengan bahasa asing itu berbeda. Oleh karenanya dalam
pembelajaran bahasa asing bagi pemula. Mereka hams meogucapkan
secara berulang-ulang (tardid) huruf demi huruf agar tidak terpengaruh
dengan bahasa ibu. Sehingga mereka dalam berbahasa sanggup secara
otomatis dan refleks seolah-olah sebagai bahasa ibu sendiri. Namun hal ini
dalam pelaksanaan dan pembiasaannya memerlukan usaha serius bagi
guru dan siswa.
Agar metode drill (latihan siap) dapat efektifdan berpengaruh positifterhadap
pembelajaran bahasa Arab, guru hendaknya memperhatikan hal-hal berikut:
1. Drill diberikan hanya pada bahan atau tindakan yang bersifat otomatis.
Semisal pelajaran muhadasah, guru dapat memberikan contoh teks percakapan
dan siswa dapat langsung menirukan apa yang telah didengarnya dari guru.
2. Drill harus memiliki tujuan yang lebih luas, di mana:
a. Siswa menyadari kalau pen-siswa selanjutnya, yaitu penguasaan bahasa Arab yang aktif dan komunikatif.
b. Siswa mempunyai sikap kalau pen-drill-aa. itu sebagai pelengkap belajar
selanjutnya.
AHMAO MURADI, Petaksanaan Metode ... 9
3. Drill hanya sebagai alat diaynosa.
a. Pada taraf permulaan jangan membiarkan reproduksi yang berperan. Guru
harus membimbing terlebih dahulu hingga berulang kali.
b. Guru meneliti kesulitan yang timbul dalam pentransferan pelajaran kepada
siswa.
c. Respon yang benar harus diketahui siswa dan respon yang salah harus
diperbaiki. Jangan membiarkan siswa terbiasa dengan ungkapan yang salah.
d. Memberikan waktu pada siswa untuk menyerap bahan pelajaran, mewarisi
latihari dan mengembangkan arti serta kontrol.
e. Pen-drill-an pada langkah awal penekanannya pada ketepatan selanjutnya pada
kecepatan, dan pada akhimya siswa mampu berbahasa Arab dengan tepat serta
cepat dalam merespon.
4. Masa pen-dri/l-an harus singkat, tetapi harus sering dilakukan.
Dengan begitu siswa akan memperoleh materi yang sedikit tapi melekat
dan tidak membosankan.
5. Pelaksanaan drill harus menarik dan menggembirakan.
Pen-A-j//-an dapat dilaksanakan dengan berbagai variasi. Semisal
didramatisasikan sehingga motivasi siswa berkreativitas.
6. Proses drill harus disesuaikan dengan perbedaan individual siswa.
a. Tingkat kecakapan yang diterima antar siswa pada satu saat tidak periu sama.
b. Pen-dSrt7/-an secara perorangan perlu untuk menambah pea-drill-an kelompok.
Teknik-teknik yang digunakan dalam pembelajaran keterampilan bahasa
hendaknya sesuai dengan metode yang dipilih. Sebab teknik-teknik pembelajaran
adalah penerapan atau realisasi praktis dari metode. Dan metode merupakan pcmikiran
dan langkah-langkah pokok dalam approach pada batas pelaksanaan.
Adapun pelaksanaan praktis metode drill pembelajaran bahasa Arab pada
keterampilan bahasa adalah sebagai berikut:
1. Pembelajaran Muhadasah (Berbicara)
a. Tujuan Pembelajaran Muhadasah
10 FIKRAH, Vol. 5, No.1, Januari-Juni 2006
1) menumbuhkan kemampuan pada keterampilan nwhadasah bagi siswa
secara baik dan benar,
2) menumbuhkan kekayaan bahasa yang siswa miliki;
3) siswa dapat memfungsikan pengetahuan bahasa mereka dari segi mufradat
dan susunan kalimat secara benar dan memicu mereka untuk maju dan
sanggup reproduksinya;
4) menumbuhkan kemampuan siswa dalam membuat/mencipta pada siluasi
dan kondisi yang diungkapkan dengan bahasa Arab.
5) Memicu siswa untuk selalu berlatih berbahasa Arab.
6) Siswa mampu memahami setiap komunikasi dan terlatih berkomunikasi;
7) Siswa termotivasi untuk berkomunikasi di depan teman-temannya dan
tidak takut salah dalam pengucapan. (Tho'imah, 1989: 165-166).
b. Langkah-langkah Pembelajaran Muhadasdh
1) Pembelajaran muhadasah dengan teknik hiwar
(a) siswa menyimak teks hiwar (tanpa melihat buku/buku ditutup);
(b) siswa menyimak teks hiwar (melihat buku/buku dibuka);
(c) siswa mengucapkan kalimat secara bemlang-ulang dan guru menjelaskan
mufradat dan pola-pola kalimat;
(d) Guru memberikan contoh-contoh;
2) Pembelajaran muhadasah dengan teknik teks berangkai
(a) siswa menyimak teks (cerita pendek dengan satujudul);
(b) menjawab pertanyaan yang dipersiapkan;
(c) siswa mengucapkan kalimat secara berulang-ulang dan guru menjelaskan
mufradat dan pola-pola kalimat;
(d) diskusi antar siswa tentang teks yang dipelajari. (Tsauri, 2000: 1).
2. Pembelajaran 0/ro Wr (Membaca)
a. Tujuan Pembelajaran Qira'ah
1) qira'ah merupakan keterampilan dasar pertama dari keterampilan dasar
yang tiga yaitu membaca, menulis, dan berhitung;
AHMAD MURADI Pelaksanaan Metode ... 11
2) pendidikan berlangsung terns menerus dan belajar sepanjang hayat. Oleh
karenannya membaca merupakan kebutuhan pokok manusia baik secara
kuantitas maupun kualitas pada aspek membaca;
3) membaca dengan pemahaman yang luas guna memperoleh infonnasi yang
luas pula. Dengan keterampilan membaca yang dimiliki siswa memungkinkan
mereka mengkaji materi-materi berbahasa Arab;
4) dengan keterampilan membaca yang dimiliki siswa memungkinkan mereka
mencapai tujuan-tujuan praktis belajar bahasa Arab. Seperti memahami
budaya, ekonomi, politik dan lain sebagainya;
5) dengan keterampilan membaca yang dimiliki siswa memungkinkan mereka
buku-buku fiksi untuk kesenangan dan santai. Dan lain sebagainya.
(Tho'imah, 1989: 176)
b. Langkah-langkah Pembelajaran qira 'ah
1) Membaca Intensif
(a) membaca diam;
(b) menjawab pertanyaan-pertanyaan;
(c) membaca keras kalimat perkalimat;
(d) latihan membaca pennufradat. perkalimat, pernngkapan;
(e) memperbaiki dan memperindah teks secara lisan;
(f) diskusi antar siswa mengenai teks yang dipelajari.
2) Membaca Ekstensif
(a) membaca teks yang panjang;
(b) menjawab pertanyaan-pertanyaan. (Tsauri, 2000: 1-2).
3. Pembelajaran Kitabah (Menulis)
a. Tujuan Pembelajaran Kitabah (Menulis)
1) memotivasi siswa untuk menulis bentuk lambang-lambang bahasa serta
menimbulkan rasa percaya dan menghilangkan ketegangan;
2) dalam pembelajarannya didukung dengan teknik penuturan huruf, kata dan
kalimat. Sehingga siswa dapat menirukannya dan menulis dengan apa
yang mereka dengar;
12 FIKRAH. Vol. 5, No.1, Januari-Juni 2006
3) siswa terlatih dan sudah mengenal pengucapan kata-kata. Sebab menulis
mempakan aktivitas menyeluruh dalam penguasaan keterampilan bahasa
sehingga siswa dapat membedakan bunyi lambang yang didengamya.
4) memungkinkan guru untuk mengembangkan materi pembelajaran setelah
siswa mampu menguasai materi sebelumnya. (Rusyadi Ahmad Tho'imah,
1989: 187-188)
b. Langkah-langkah Pembetajaran Kitabah (Menulis)
1) menulis beihans/berharakat;
2) menulis terarah (miwaj[/ahah);
3) menulis bebas (hurr). (Tsauri, 2000: 2).
D. Penutup
Kemampuan guru dalam pengajaran bahasa Arab sangat penting khususnya
penguasaan terhadap mateode-metode pembelajarannya. Sehingga tujuan yang diharapkan
bisa tercapai.
Salah satu metode yang sering dipergunakan dalam pembelajaran bahasa Arab
bagi pemula adalah metode drill (latihan siap). Metode drill (latihan siap) adalah suatu
cara menyajikan bahan pelajaran denganjalan melatih siswa agar menguasai pelajaran
dan terampii.
Di sinilah usaha sadar bagi guru untuk sclalu memperkaya dan mengembangkan
diri terhadap penguasaan metode dan teknik pembelajaran.
Dengan pemahaman yang benar terhadap bahasa akan memungkin guru tepat
dalam memilih metode yang akan dipergunakan. Tentunya dengan memperhatikan
kemampuan siswa terhadap bahasa tersebut. Sehingga tercipta motivasi yang kuat,
proses belajar mengajar yang harmonis dan tercapai tujuan yang diharapkan.
DAFTARRUJUKAN
Al-Ghalayaini, Mushtafa. (1997). Jami'ud'Durus al-Arabiyyah. Beirut: Al-Ashriyah.
Asadullah. (1995). Metodik Khustis Pengajaran Bahasa Arab /, Mataram: Fak.
Tarbiyah IAIN Sunan Ampel.
AHMAD MURADI, Pelaksanaan Metode ... 13
Badri. (tt.). Kamal dan Shah'h Muhammad Nashir. Usus Ta'Um al-hgah al-Ajnabiyyah.
Jakarta: LIPIA.
Dahlan, Juwairiyah. (1992). Metode Belajar Mengajar Bahasa Arab. Surabaya: al-
Ikhlas.
Ibrahim Badri, Kamat. (t.t.). Thuruq Ta 'Urn al-logah al-Ajnabiyyah, Fi al-Thuruq al-
'Aammah Fi Tadris al-logah. Jakarta: LIPIA.
Muhaimin dan Abdul Mujib. (1993). Pemiksran Pendidikan Islam. Bandung: Trigenda
Kaiya.
Pasaribu, IL dan B. Simandjuntak. (1986). Didaktikdan Metodik. Bandung: Tarsito.
Roestiyah NK. (1985). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Bina Aksara-
Shalahuddin, Mahfud. (1987). Metodohgi Pengajaran Agama. Surabaya: Bina Ilmu.
Sumardi, Muljanto. (1974). Pengajaran Bahasa Asing Sebuah Tinjauan dari Segi
Metodohgi., Jakarta: Bulan Bintang.
Team Kurikulum Didaktik Metodik kurikulum IKIP Surabaya. (1981). Pengantar
DidaktikMetodikkurikulwnPBM. Surabaya: IKIP.
Tho'imah, Rusyadi Ahmad. (1989). Ta'lim al-Arabsyyah Li Ghoiri al-Nathiqsn Bina
Manahijah wa Asalibah. tanpa kota penertbit: aI-Ribath Isesco.
Tsauri^ Ali. Asalib Tadris Maharah al-Logawiyyah, makalah dibacakan dalam Seminar
Meningkatkan Kualitas dan Menyamakan Metodik Didaktik Pengajaran di
LPBA Surabaya pada tanggal 7-8 Oktober 2000.
Yusuf, Tayar dan Syaifiil Anwar. (1997). Metode Pengajaran Agama dan Bahasa
Arab. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Zuhairini, dkk. (1983). Metodik Khusus Pendidikan Agama. Suarabaya: Usaha
Nasional.

Sabtu, 20 Juni 2009

latihan/ praktek

pengertian drill/praktek
Latihan sering di sebut juga dengan drill, drill adalah sebuah metode pembelajaran yaitu, Metode drill atau Metode latihan keterampilan adalah suatu metode mengajar, dimana siswa diajak ke tempat latihan keterampilan untuk melihat bagaimana cara membuat sesuatu, bagaimana cara menggunakannya, untuk apa dibuat, apa manfaatnya dan sebagainya. Contoh latihan keterampilan membuat tas (http://martiningsih.blogspot.com.macam-macam-metode-pembelajaran.html di akses 10 maret 2010)
Menurut (winarno surachmad,1979:79) metoode drill disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang di pelajari, karena hanya dengan praktik suatu pengetahuan dapat di sempurnakan.
Menurut (Shalahuddin, dkk, 1987: 100) metode drill adalah Suatu kegiatan dalam melakukan hal yang sama secara berulang-ulang dan sungguh-sungguh dengan tujuan untuk memperkuat suatu asosiasi atau menyempurnakan suatu keterampilan supaya menjadi permanen. Dari beberapa pendapat di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa metode drill adalah suatu cara menyajikan bahan pelajaran dengan Jalan melatih siswa agar menguasai pelajaran dan terampil.
Keunggulan Drill (latihan)
1. Siswa dapat mempeoleh ketangkasan dan kemahiran dalm melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang di pelajari.
2. Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa peristiwa bahwa siswa yang berhasil dalam belajar telah memiliki suatu keterampilan kelak berguna di kemudian hari.
3. Guru lebih muda mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajar dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa di saat berlangsungnya pelajaran.
4. Dapat membentuk kebiasaan dan menambah ketepatan dan kecepatan
Kekurangan Drill (latihan)
1. Menghambat bakat dan inisiatif anak didik karena anak didik lebih banyak dibawa kepada penyesuaian dan diarahkan kepada jauh dari pengertian.
2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan.
3. Dapat menimbulkan verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghafal di mana siswa di latih untuk menguasai bahan secara hafalan dan secara otomatis.

Cara mengatasi kekurangan Drill (latihan)
Menurut syaiful sagala (2003 : 218) cara mengatasi kekurangn metode drill antara lain
1. Latihan hanya untuk bahan atau tindakan yang bersifat otomatis.
2. Latihan harus memiliki arti yang luas, karena :
a. Jelaskan terlebih dahulu latihan tersebut.
b. Agar murid dapat memahami manfaat latihan itu bagi kehidupan siswa.
c. Murid perlu mempunyai sikap bahwa latihan itu di perlukan untuk melengkapi pelajaran
3. Masa latihan relative harus singkat teetapi harus sering di lakukan
4. Latihan harus menarik, gembira dan tidak membosankan.
Tujuan Drill (latihan)
Menurut Roestiyah N.K (1985: 125-126) dalam strategi belajar mengajar teknik metode drill (latihan siap) ini biasanya dipergunakan untuk tujuan agar siswa:
a. Memiliki keterampilan motoris/gerak, seperti menghafal kata-kata, menulis, mempergunakan alat atau membuat suatu benda; melaksanakan gerak dalam olah raga.
b. Mengembangkan kecakapan intetek, seperti mengalikan, membagi, menjumlahkan, mengurangi, menarik akar dalam hitungan mencongak. Mengenal benda/bentuk dalam pelajaran matematika, ilmu pasti, ilmu kimia, tanda baca dan sebagainya.
c. Memiliki kemampuan menghubungkan antara sesuatu keadaan dengan hal lain, seperti sebab akibat banjir - hujan; antara tanda huruf dan bunyi - ng, -ny dan lain sebagainya; penggunaan lambang/simbol di dalam peta dan lain-lain.

pada penerapan latihan banyak hal yang perlu di perhatikan antara lain kondisi siswa kondisi siswa di pengaruhi oleh beberapa hal diantaranya
1.fasilitas bengkel yang ada .
2.mentor atau guru yang melakukan demonterator.
3.waktu yang di gunakan di suatu latiahan kerena lamanya waktu latihan dapat menimbulkan kebosanan dan verbalisme. tetapi jika waktu terlalu singkat dapat mengakibatkan keterampilan yang tidak sempurna.
adapun Adapun Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, menurut Thursan Hakim (2002:6) dibagi menjadi dua bagian yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor ekternal diantaranya Waktu dan kesempatan yang berhubungan dalam belajar. Penggunaan waktu yang maksimal dan keseimbangan waktu dengan kegiatan yang lain dapat memudahkan dalam belajar sehingga meraih hasil yang baik.

Minggu, 10 Mei 2009

metode buzz grup

5.3 Metode Kelompok Buzz (Buzz Groups)
Menurut Roestiyah (2001:9) Buzz Group adalah suatu kelompok besar yang dibagi menjadi 2 (dua) sampai 8 (delapan) kelompok yang lebih kecil sehingga jika diperlukan kelompok kecil ini diminta untuk melaporkan hasil diskusi yang mereka lakukan kepada kelompok besar.
Menurut Surjadi (1989:34) kelompok Buzz (Buzz Groups) adalah suatu kelompok yang dibagi kedalam beberapa kelompok kecil (sub-groups) masing-masing terdiri dari 3-6 siswa dalam tempo yang singkat untuk mendiskusikan suatu topik atau memecahkan suatu masalah. Kelompok yang kecil itu akan melaporkan hasil dari kelompok mereka kepada kelompok besar dan kemudian pada diskusi kelas.
Menurut Hasibuan, dan Moedjiono (2004:20) Buzz group adalah suatu kelompok besar yang dibagi menjadi beberapa kelompok kecil, terdiri atas 4-5 orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab pertanyaan-pertanyaan.
Hasil belajar yang diharapkan ialah agar segenap individu membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran, membandingkan interprestasi dan informasi yang diperoleh masing-masing. Dengan demikian masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi, informasi, interpretasi sehingga dapat dihindarkan kekeliruan-kekeliruan.
Berdasarkan ketiga pendapat di atas, kelompok Buzz dapat diartikan sebagai suatu metode pembelajaran yang membagi siswanya dalam suatu kelompok besar yang terdiri dari 10 orang menjadi beberapa kelompok kecil yang terdiri dari 2-3 orang, dan diskusi dilakukan dalam tiga tahapan yaitu diskusi kelompok kecil, diskusi kelompok besar, dan diskusi kelas. Setiap kelompok kecil mendiskusikan tugas yang diberikan dan berkewajiban untuk melaporkan hasil diskusi pada kelompok besar lalu kemudian kelompok besar mempersentasikan dalam diskusi kelas.
Setiap metode yang diterapkan oleh guru pada saat proses belajar mengajar pasti memiliki keunggulan dan kelemahannya. Keunggulan dari metode kerja kelompok Buzz ini adalah :
a. Dapat mengembangkan bakat kepemimpinan dan mengajarkan keterampilan berdiskusi.
b. Diskusi kelompok Buzz yang membagi kelompok besar menjadi beberapa kelompok kecil membuat siswa lebih aktif dalam mengemukakan pendapatnya dan lebih bertanggung jawab atas tugas yang diberikan kepada mereka.
c. Diskusi yang dilakukan dalam beberapa tahap membuat siswa lebih mengingat dan memahami apa yang telah mereka diskusikan.
d. Belajar untuk saling membantu dan tolong-menolong dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Tetapi disamping keunggulan dari metode kelompok Buzz (Buzz Groups) juga memiliki kelemahan, antara lain yaitu :
a. Keberhasilan metode ini bergantung pada kemampuan iswa untuk memimpin kelompok.
b. Dibutuhkan waktu yang lebih banyak dalam metode kelompok Buzz.
Menurut Surjadi (1989:35) dalam pelaksanaan metode kelompok Buzz (Buzz Groups) mempunyai langkah-langkah yang harus diperhatikan. Sebelum memulai proses pembelajaran, guru telah terlebih dahulu membentuk kelas menjadi 4 kelompok besar dan memperkenalkan kepada siswa tentang metode ini. Berikut adalah langkah-langkah dalam metode kelompok Buzz (Buzz Groups) adalah :
a. Persentasi Guru
Pada tahap ini pembelajaran diawali dengan presentasi kelas yang dilaksanakan oleh guru. Guru memberikan apersepsi awal yang ada dalam kehidupan sehari-hari tentang topik atau pokok bahasan yang akan dipelajari. Kemudian guru menyampaikan konsep-konsep dasar pokok bahasan. Setelah itu guru membentuk siswa dalam kelompok besar dan memilih satu pemimpin dari kelompok besar. Setiap pemimpin diberikan tugas.
Adapun tugas dari pemimpin kelompok adalah :
1. Pemimpin kelompok dibantu guru memecah anggota kelompoknya menjadi 3-4 kelompok kecil yang terdiri dari 2 atau 3 orang.
2. Pemimpin mengkoordinir anggota kelompoknya agar diskusi kelompok kecil dan kelompok besar berjalan baik dan tepat waktu.
3. Pemimpin juga ikut membantu setiap kelompok kecil dalam menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
4. Memperingatkan setiap kelompok kecil dua menit sebelumnya bahwa tugas mereka hampir berakhir.
5. Mengundang kelompok kecil itu untuk berkumpul lagi menjadi kelompok besar.
6. Mempersilahkan tiap kelompok kecil untuk menyampaikan hasil diskusi mereka.
7. Mempersilahkan anggota kelompok lain untuk memberikan tanggapan.
8. Merangkum hasil diskusi kelompok besar.

b. Tahap diskusi kelompok kecil
Setelah pemimpin kelompok dibantu guru membagi kelompok besar menjadi kelompok kecil, kemudian guru memberikan tugas berupa LKS kepada setiap kelompok kecil. Pada tahap ini setiap kelompok kecil berkewajiban menyelesaikan LKS sesuai dengan waktu yang telah ditentukan dan berkewajiban melaporkan hasil diskusi pada kelompok besar.

c. Tahap diskusi kelompok besar
Pada tahap ini pemimpin kelompok meminta setiap kelompok kecil untuk bergabung kembali menjadi kelompok besar. Pemimpin kelompok memimpin jalannya diskusi kelompok besar sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Setiap kelompok kecil menyampaikan hasil diskusinya kepada kelompok besar dan pemimpin kelompok mempersilahkan anggota kelompok lainnya untuk memberikan tanggapan. Pemimpin kelompok merangkum hasil diskusi kelompoknya untuk dikumpulkan dan dipresentasikan dalam diskusi kelas.

d. Tahap diskusi kelas
Guru mengecek pemahaman siswa dengan mempersilahkan salah satu anggota kelompok besar untuk mempersentasikan hasil diskusi. Jawaban anggota kelompok tersebut merupakan perwakilan jawaban dari kelompok. Pada saat salah satu perwakilan dari kelompok besar mempersentasikan hasil diskusi, guru mempersilahkan kelompok lain untuk memberikan tanggapan.

Adapun persamaan antara metode kelompok Buzz (Buzz Groups) dengan model jigsaw yaitu sama-sama membagi kelas dalam kelompok kecil tetapi dalam pelaksanaannya menurut Isjoni (2009:54) dalam model jigsaw terdapat tim ahli yang diambil dari masing-masing kelompok kecil untuk menguasai dan memahami suatu materi kemudian setiap orang dalam tim ahli kembali lagi kedalam kelompoknya untuk menjelaskan materi yang telah dipahaminya kepada anggota kelompok kecil sedangkan kelompok Buzz (Buzz Groups) tidak, sehingga antara metode kelompok Buzz (Buzz Groups) dengan model jigsaw berbeda.

sumber : www.enggineanalisis.blogspot.com
Powered By Blogger