Assalamu'alaikum...

harap dibaca....

Selamat datang di Blog saya.

Foto saya
Purwokerto, Jawa Timur, Indonesia

Kamis, 28 Agustus 2008

PENGARUH MINAT MEMBACA BUKU PERPUSTAKAAN DAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KART

PENGARUH MINAT MEMBACA BUKU PERPUSTAKAAN DAN MEDIA
PEMBELAJARAN TERHADAP PRESTASI BELAJAR BIDANG STUDI
EKONOMI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 KARTASURA
TAHUN AJARAN 2008/2009



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam perkembangan pendidikan dewasa ini baik di negara maju mau pun di
Negara yang sedang berkembang, minat membaca sangat memegang peranan
penting. Keberhasilan dalam belajar sebagian besar ditunjang oleh minat baca.
Seorang pelajar yang tidak berminat untuk membaca, mustahil belajarnya akan
berhasil dengan baik.
The Liang Gie (1984 : 57) menyatakan bahwa “sebab tidak ada belajar yang
dapat dilaksanakan tanpa pembacaan, dan gudang bacaan adalah perpustakaan”.
Tidaklah cukup seorang belajar hanya mengerahkan tenaganya untuk
mendengarkan lalu menghafalkan saja, melainka n juga harus di tunjang banyak
oleh buku-buku perpustakaan.
Dengan menjadi pengunjung perpustakaan yang setia dan dapat
mempergunakannya dengan baik, kemungkinan besar prestasi belajar siswa akan
meningkat. Sebagai upaya meningkatkan kecerdasan bangsa tida k harus selalu
melalui jalur pendidikan formal saja, akan tetapi dapat juga melalui jalur
pendidikan nonformal, oleh karena itu diperlukan adanya sarana komunikasi
informasi ilmu pengetahuan untuk disampaikan kepada masyarakat yaitu
perpustakaan. Perpustakaan merupakan pusat terkumpulnya berbagai informasi dan
ilmu pengetahuan baik yang berupa buku maupun bahan rekaman lainnya,
yang diorganisasikan untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat pemakai
perpustakaan. Pentingnya perpustakaan diorganisasikan deng an baik agar
memudahkan pemakai dalam menemukan informasi yang dibutuhkannya, karena
bahan-bahan himpunan ilmu pengetahuan diperoleh umat manusia dari masa ke
masa.
Tingginya budaya gemar membaca, mengakibatkan meningkatnya minat
membaca. Minat membaca di tunjukkan dengan keinginan yang kuat untuk
melakukan kegiatan membaca.
Sekarang ini banyak keluhan bahwa daya serap / pemahaman para siswa
terhadap penguasaan bahan ajar adalah rendah. Penyebab rendahnya daya serap
para siswa terhadap bahan ajar tersebut bukan karena faktor potensial, tetapi salah
satu penyebabnya yang penting adalah minat membaca buku yaitu siswa yang
mempunyai minat membaca bukunya lemah. Siswa yang lebih banyak
menggunakan waktunya untuk membaca akan memperoleh prestasi belajar yang
lebih baik dibanding dengan yang tidak.
Dengan adanya minat yang tinggi pada siswa akan menjadikan siswa lebih
bersemangat dan bergairah dalam belajar. Seseorang yang tidak berminat untuk
mempelajari sesuatu biasanya tidak dapat diharapkan akan berhasil den gan baik
dalam menguasai ilmu yang dipelajari. Sebaliknya kalau seseorang belajar atau
membaca dengan penuh minat maka akan meluangkan waktunya yang cukup
banyak untuk mendalami mata pelajaran tersebut sehingga diharapkan prestasi yang
dicapai akan lebih baik. Dalam menghasilkan output yang berkualitas, maka dalam
bidang pendidikan diperlukan media pembelajaran yang memadai, untuk
mengetahui keberhasilan proses belajar siswa dapat diketahui dari prestasi yang
dicapai siswa. Prestasi belajar merupakan penc erminan hasil belajar yang dicapai
siswa setelah melakukan usaha. Tinggi rendahnya prestasi belajar akan memberikan
sumbangan dalam mencapai kesuksesan masa depan siswa. Untuk mencapai
prestasi belajar yang baik, siswa dipengaruhi banyak faktor baik dari dalam
maupun dari luar diri siswa tersebut. Dari dalam diri siswa itu antara lain faktor
kecerdasan, bakat, minat, motivasi, kesehatan jasmani dan juga usaha untuk
meningkatkan prestasi, sedangkan dari luar siswa meliputi lingkungan keluarga,
sekolah, masyarakat, peralatan, dan media belajar.
Salah satu ciri pembelajaran kontekstual adalah pemanfaatan sumber belajar
(termasuk media) yang sesuai dengan pengalaman hidup peserta didik. Hal ini tidak
hanya meningkatkan atau membangkitkan minat dan keaktifan si swa dalam proses
belajar akan tetapi juga meningkatkan efektivitas pembelajaran karena obyek yang
mereka pelajari sesuai dengan pengetahuan yang telah dimiliki siswa dan
bersentuhan langsung dengan lingkungan hidup keseharian mereka. Oleh karena
itu, setiap guru/fasilitator diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan mereka di dalam memilih, mengelompokkan, dan memanfaatkan
berbagai obyek yang terdapat di lingkungan kelas, sekolah atau diluar sekolah
sebagai sumber belajar anak sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya.
Dalam proses belajar mengajar kehadiran media mempunyai arti yang
cukup penting. Karena dalam kegiatan tersebut ketidakjelasan bahan yang di
sampaikan dapat dibantu dengan kehadiran media sebagai perantara. Bahkan
keabstrakan bahan dapat dikonkretkan dengan kehadiran media. Dengan demikian
peserta didik akan lebih mudah mencerna bahan dari pada tanpa bantuan media.
Media sebagai alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu
kenyataan yang tidak dapat dipungkiri, kare na memang gurulah yang menghendaki
untuk membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan -pesan dari bahan
pelajaran yang diberikan oleh guru kepada anak didik. Suatu proses pembelajaran
tanpa bantuan media, maka bahan pelajaran sukar untuk dicerna dan dipaha mi oleh
setiap siswa/anak didik, terutama bahan pelajaran yang rumit atau komplek.
Menurut Djamerah & Zain (2002:136) menjelaskan didalam kegiatan
belajar mengajar ketidakjelasan bahan yang disampaikan dapat dibantu dengan
menghadirkan media sebagai perant ara. Kerumitan bahan pelajaran dapat
disederhanakan dengan bantuan media. Media dapat mewakili apa yang kurang
mampu guru sampaikan/jelaskan melalui kata -kata/kalimat. Oleh sebab itu media
disini sangat penting untuk menarik siswa untuk mau belajar dan mem buat antusias
dengan materi yang diberikan.
Dalam penjelasan diatas siswa di SMP Negeri 2 Kartasura terdapat juga
yang minat membaca buku perpustakaan rendah, serta penggunaan media
pembelajaran yang kurang memadai/sesuai saat proses belajar mengajar
berlangsung, sehingga kedua faktor tersebut sangat mempengaruhi terhadap
prestasi belajar siswa.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwasanya ada 2 faktor
penting yaitu minat membaca buku perpustakaan dan media pembelajaran yang
menentukan prestasi belajar siswa.
Melihat latar belakang masalah tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Pengaruh Minat Membaca Buku Perpustakaan
Dan Media Pembelajaran Terhadap Prestasi Belajar Bidang Studi Ekonomi Pada
Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura Tahun Ajaran 2008/2009”
B. Pembatasan Masalah.
Suatu penelitian biasanya muncul berbagai masalah yang membutuhkan
pemecahan dan masalah tersebut menimbulkan kesulitan bagi peneliti. Mengingat
keadaan peneliti yang serba terba tas, maka perlu adanya pembatasan masalah agar
tidak terjadi kesalahpahaman dalam penelitian. Hal ini penting agar masalah yang
dikaji jelas dan dapat menggerakkan perhatiannya dengan cepat. Menurut Winarno
Surakhmad (1994:36) “Pembatasan ini diperlukan bu kan saja untuk memudahkan
atau menyederhanakan masalah bagi penyelidik tetapi juga untuk dapat menetapkan
lebih dahulu segala sesuatu yang diperlukan untuk pemecahannya : tenaga,
kecekatan, waktu, ongkos, dan lain -lain yang timbul dari rencana tertentu ”.
Pembatasan masalah akan memudahkan peneliti dalam pembahasannya,
sehingga dapat mencapai sasaran dan tujuan dengan tepat dan hasil yang diperoleh
dapat dipertanggung jawabkan. Berdasarkan identiikasi masalah dapat diketahui
bahwa banyak faktor yang mempen garuhi tinggi rendahnya prestasi belajar yang
dicapai siswa. Dalam penelitian ini masalah yang diteliti perlu dibatasi agar tidak
meluas pembahasannya. Hal ini disebabkan oleh karena kualitas penelitian tidak
terletak pada keluasan masalah yang diteliti, t etapi pada kedalaman pengkajian
masalahnya. Untuk memperjelas pemahaman tentang variabel -variabel yang terkait
dalam penelitian ini, maka penulis memberikan penjelasan untuk pembatasan
masalah yang ada yaitu :
1. Penelitian ini hanya dilaksanakan pada siswa k elas VIII di SMP Negeri 2
Kartasura.
2. Penelitian ini hanya terbatas pada minat membaca buku perpustakaan yaitu
keinginan atau hasrat yang kuat untuk melakukan aktivitas membaca buku
diperpustakaan.
3. Penelitian ini hanya terbatas pada Media Pembelajaran yait u alat atau medium
yang digunakan sebagai perantara dalam proses belajar mengajar.
4. Penelitian ini terbatas pada Prestasi belajar bidang studi ekonomi yaitu hasil
maksimal yang dicapai dengan adanya perubahan tingkah laku pada diri siswa
yang dinyatakan dalam bentuk skor atau hasil nilai tengah semester (Mid)
siswa.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah merupakan pernyataan yang lengkap dan rinci
mengenai ruang lingkup permasalahan yang akan diteliti, yang didasarkan pada
identifikasi masalah dan pembatasa n masalah. Agar diperoleh gambaran yang jelas
untuk menghindari kesalahpahaman penafsiran, maka perlu dirumuskan terlebih
dahulu masalah yang terkandung dalam penelitian. Berdasarkan latar belakang
tersebut diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebaga i berikut :
1. Adakah pengaruh positif Minat Membaca Buku Perpustakaan terhadap Prestasi
Belajar bidang studi Ekonomi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura?
2. Adakah pengaruh positif Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar bidang
studi Ekonomi pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kartasura?
3. Adakah pengaruh positif Minat Membaca Buku Perpustakaan dan Media
Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar bidang studi Ekonomi pada Siswa Kelas
VIII di SMP Negeri 2 Kartasura
D. Tujuan Penelitian
Setiap kegiatan manusia baik lahiriah maupun batiniah pasti mempunyai
tujuan yang ingin dicapai oleh manusia tersebut, untuk itu seorang peneliti harus
menentukan tujuan dari penelitiannya, agar arah penelitian lebih jelas dan terarah.
Berdasarkan dari hal itu maka tujuan da ri penelitian ini adalah untuk:
1. Mengetahui pengaruh Minat Membaca Buku Perpustakaan terhadap Prestasi
Belajar bidang studi Ekonomi pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2
Kartasura
2. Mengetahui pengaruh Media Pembelajaran terhadap Prestasi Belajar bidang
studi Ekonomi pada Siswa Kelas VIII di SMP Negeri 2 Kartasura.
3. Mengetahui pengaruh Minat Membaca Buku Perpustakaan dan Media
Pembelajaran secara bersama terhadap Prestasi Belajar bidang studi Ekonomi
pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Kartasura.
E. Manfaat Penelitian
Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang
bermanfaat khususnya bagi penulis dan pendidikan pada umumnya. Harapan -harapan
itu antara lain :
1. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam usaha
meningkatkan keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi belajar, dan dapat
memberikan gambaran kepada sekolah bahwa minat membaca buku perpustakaan
itu mempunyai peranan yang sangat penting dalam meningkatkan prestasi belajar
siswa.
2. Bagi Penulis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperdalam pengetahuan dan menerapkan
ilmu yang telah diperoleh dibangku kuliah dalam kehidupan praktek belajar
mengajar yang sesungguhnya dan sebagai bekal untuk terjun didunia pendidikan
serta untuk mencapai pemecahan masalah ya ng ada pada perumusan masalah.
3. Bagi Pembaca
Memberikan sumbangan bagi pengembangan khasanah ilmu pendidikan khususnya
yang berkaitan dengan Pengaruh Minat membaca buku perpustakan dan media
pembelajaran terhadap prestasi belajar bidang studi Ekonomi, dan d apat dijadikan
referensi pada penelitian yang akan datang.
F. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk mengetahui gambaran dari skripsi ini, maka disusun sistematika
penulisan skripsi sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang tentang masala h, pembatasan masalah,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, sitematika penulisan.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini menguraikan tentang pengertian minat, membaca, minat membaca,
perpustakaan, faktor-faktor yang mempengaruhi minat membaca, pengertian media
pembelajaran, macam-macam media, nilai-nilai praktis media pembelajaran,
pengertian prestasi belajar, faktor -faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar,kerangka pemikiran, dan hipotesis.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini menguraikan te ntang tempat penelitian, jenis penelitian,
populasi, sampel, sampling, data dan sumber data, variabel penelitian, teknik
pengumpulan data, uji instrument, prasyarat analisis serta teknik analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang gambaran umum obyek penelitian, penyajian data,
analisis data, dan pembahasan hasil penelitian.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi tentang kesimpu

Senin, 02 Juni 2008

Bahan Bakar Alternatif..._//??

Harga minyak dunia yang melambung, sudah lama diprediksi. Logikanya, minyak bumi (fossil fuel) adalah bahan bakar yang tak dapat diperbarui. Cepat atau lambat, minyak dunia akan habis. Saat ini, harga minyak memang sedang booming karena kebutuhan negara-negara industri baru seperti India dan Cina sangat tinggi.

Ke depan, jika negara-negara di dunia tak segera mengantisipasi kelangkaan fossil fuel, harga minyak akan naik tinggi sekali. Tapi sebaliknya, jika negara-negara di dunia menyiapkan antisipasinya sejak sekarang, niscaya harga minyak tak akan naik lagi, bahkan bisa turun. Mengapa? Karena dunia nantinya bisa mencari pengganti minyak fosil yang aman, murah, dan mudah diproduksi oleh siapa pun. Saat ini, industri minyak hanya dipegang oleh para pemodal besar.

Biofuel dari Sukabumi
Majalah Trubus edisi November 2007 memaparkan ‘kebun-kebun penghasil bensin di Pulau Jawa’. Di wilayah Sukabumi, misalnya, ternyata sudah muncul industri rumahan biofuel yang sederhana. Pak Soekani dari kampung Nyangkowek, Kecamatan Cicurug, Sukabumi, salah seorang warga yang memproduksi ‘bensin’ itu. Tiap bulan dia berhasil mengolah singkong menjadi etanol (alkohol) 95 persen sebanyak 2.100 liter.


Dari jumlah itu, 300 liter dijual ke pengecer premium, dan 800 liter lainnya dijual ke industri kimia. Harga per liter etanol itu, Rp 10 ribu. Tiap liter etanol dibuat dari 6,5 kg singkong. Harga produksi etanol per liter Rp 3.400-Rp 4.000. Dari bisnis ‘energi’ yang berasal dari singkong itu, Pak Soekani mendapatkan omzet 21 juta per bulan. Langkah Pak Soekani itu, kini mulai banyak diikuti penduduk desa lainnya.

Mungkin anda bertanya, mengapa pengecer premium mau membeli etanol made in Pak Soekani seharga Rp 10 ribu per liter? Ternyata, pasar itu tercipta dari pengalaman tukang ojek di Cicurug. Premium yang dicampur 5-10 persen alkohol, angka oktannya naik. Kendaraan makin bertenaga dan bahan bakarnya makin hemat 20-30 persen. Belakangan, di Sukabumi juga sudah ada orang yang membuat kompor berbahan bakar alkohol. Kompor jenis ini, konon, lebih irit.

Kisah Pak Soekani menggambarkan bahwa bisnis biofuel tidak seperi fossil fuel (dalam hal ini BBM), bisa dilakukan siapa saja, bahkan dengan skala rumahan dan kaki lima. Karena itu, ke depan, jika pemerintah dan masyarakat ramai-ramai mengembangkan biofuel, niscaya kesejahteraan di Indonesia akan makin merata. Tak hanya itu, lahan-lahan kosong pun akan menghijau.

Memang ada kekhawatiran bahwa kebun-kebun biofuel itu akan merusak lingkungan dan keanekaragaman jenis di Indonesia. Namun jika sejak awal pemerintah membuat peta pengembangan industri biofuel secara nasional, niscaya kekhawatiran tersebut bisa direduksi. Ini karena pada peta tersebut akan ditunjukkan daerah-daerah yang pas untuk mengembangkan biofuel jenis tertentu.

Peluang bisnis biofuel di dunia sangat besar. Berdasarkan laporan Clean Edge seperti dikutip buku The Clean Tech Revolution (2007) karya Ron Pernick dan Clint Wilder, pasar biofuel di dunia tahun 2006 mencapai 20,5 miliar dolar AS (untuk etanol dan biodisel). Nilai pasar itu akan meningkat empat kali lipat pada tahun 2016. Di AS, etanol dicampur dengan gasoline (premium) dengan kadar campuran 2-85 persen. Di Brazil, sudah diproduksi mesin-mesin yang bisa memakai etanol seluruhnya (100 persen). Namun demikian, kondisi pasar etanol di Brazil sangat fleksibel. Jika harga BBM tinggi sekali, maka campuran etanol pada premium diperbesar, dan sebaliknya.

Tahun 2006, produksi etanol di dunia mencapai 12 miliar galon. Di AS, campuran premium dan 10 persen etanol (E-10) dipakai mobil-mobil tanpa modifikasi mesin. Sedangkan untuk campuran 85 persen etanol (E-85), mesinnya dimodifikasi dengan flex-fuel vehicle (FFVs). Jika produksi etanol di dunia makin besar dan kendaraan di dunia sudah pro-biofuel, niscaya semua kendaraan di muka bumi akan memakainya. Jika sudah demikian, ‘emas hitam’ yang berasal dari kilang-kilang minyak di Timur Tengah akan bergeser ke ‘emas hijau’ yang berasal dari kebun-kebun minyak di daerah tropis seperti Asia dan Amerika Latin.

Pemerataan ekonomi
Setiap ada ancaman, pasti ada peluang. Harga minyak yang mahal jangan hanya dilihat sebagai ancaman, melainkan juga peluang. Peluang ini bisa menyadarkan seluruh komponen masyarakat Indonesia bahwa ketergantungan pada BBM adalah sangat berbahaya dan kita punya kesempatan besar untuk mengkonversi BBM ke biofuel. Tanah Indonesia yang subur merupakan aset untuk membangun kemandirian sumber energi terbarukan. AS dan Eropa juga Jepang dan Cina saat ini tengah bahu membahu mengganti ketergantungan pada bahan bakar fosil.

Pemerintah Indonesia juga sudah seharusnya berpikir jauh ke sana dan langsung mengimplementasikannya ke dalam sistem kerja yang terencana dan terpadu untuk menyongsong kemandirian energi ramah lingkungan ini. AS, misalnya, sudah mulai melaksanakan program untuk menyongsong program tahun 2017, di mana 20 persen bahan bakarnya berasal dari tanaman. Ini artinya, setiap hari di tahun 2017, AS akan membutuhkan lebih dari 8 juta barel biofue. Program ini jelas sangat raksasa dan AS sudah bertekad melaksanakannya.

Nah, bagaimana Indonesia? Pak Soekani di kampung Nyangkowek, Cicurug sudah memulainya. Hanya dengan singkong, Pak Soekani bisa memproduksi ‘bensin’ masa depan. Padahal singkong adalah tanaman yang amat akrab dengan masyarakat Indonesia. Singkong bisa ditanam di mana saja. Di kampung-kampung, singkong bisa ditanam di samping, depan, dan belakang rumah. Daunnya bisa dijadikan sayuran yang amat bergizi, sedang umbinya adalah bahan untuk membuat etanol yang baik.

Bila ditanam secara serius, dalam satu hektare dapat dihasilkan 100 ton, bahkan 150 ton singkong. Luar biasa bukan? Di masa depan, anak singkong bukan lagi menjadi hinaan, sebaliknya akan jadi pujaan. Ini karena singkong, bukan sekadar makanan sehat yang antidiabet, tapi juga penyelamat krisis energi nasional di masa depan.

Rabu, 13 Februari 2008

Semua tentang Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Penelitian Tindakan Kelas

Penelitian tindakan kelas berasal dari istilah bahasa Inggris Classroom Action Research, yang berarti penelitian yang dilakukan pada sebuah kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut. Pertama kali penelitian tindakan kelas diperkenalkan oleh Kurt Lewin pada tahun 1946, yang selanjutnya dikembangkan oleh Stephen Kemmis, Robin Mc Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt dan lainnya.

Pada awalnya penelitian tindakan menjadi salah satu model penelitian yang dilakukan pada bidang pekerjaan tertentu dimana peneliti melakukan pekerjaannya, baik di bidang pendidikan, kesehatan maupun pengelolaan sumber daya manusia. Salah satu contoh pekerjaan utama dalam bidang pendidikan adalah mengajar di kelas, menangani bimbingan dan konseling, dan mengelola sekolah. Dengan demikian yang menjadi subyek penelitian adalah situasi di kelas, individu siswa atau di sekolah. Para guru atau kepala sekolah dapat melakukan kegiatan penelitiannya tanpa harus pergi ke tempat lain seperti para peneliti konvensional pada umumnya.

Secara lebih luas penelitian tindakan diartikan sebagai penelitian yang berorientasi pada penerapan tindakan dengan tujuan peningkatan mutu atau pemecahan masalah pada sekelompok subyek yang diteliti dan mengamati tingkat keberhasilan atau akibat tindakannya, untuk kemudian diberikan tindakan lanjutan yang bersifat penyempurnaan tindakan atau penyesuaian dengan kondisi dan situasi sehingga diperoleh hasil yang lebih baik.

Dalam konteks pekerjaan guru maka penelitian tindakan yang dilakukannya disebut Penelitian Tindakan Kelas, dengan demikian Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu kegiatan penelitian dengan mencermati sebuah kegiatan belajar yang diberikan tindakan, yang secara sengaja dimunculkan dalam sebuah kelas, yang bertujuan memecahkan masalah atau meningkatkan mutu pembelajaran di kelas tersebut. Tindakan yang secara sengaja dimunculkan tersebut diberikan oleh guru atau berdasarkan arahan guru yang kemudian dilakukan oleh siswa. Dalam hal ini arti Kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik, yaitu kelas adalah sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama, menerima pelajaran yang sama dari guru yang sama juga (Suharsimi: 2005).



Untuk mewujudkan tujuan-tujuan penelitian, PTK (action research in the classroom)) dilaksanakan berupa proses pengkajian daur (siklus) yang terdiri dari 4 tahap, yaitu:

a. Perencanaan (plan): Rencana penelitian tindakan mempertimbangkan resiko yang ada dalam perubahan perubahan perilaku, sosial dan adanya kendala, baik bersifat material maupun non material dalam situasi terkait (Kontekstual);

b. Tindakan (Action): Aksi yang dilakukan secara sadar, terkendali, cermat dan bijaksana. Tindakan digunakan sebagai pijakan untuk pengembangan tindakan-tindakan berikutnya, yang disertai niat untuk memperbaiki keadaan, dan tindakan bersifat tidak tetap (sementara). Tindakan dituntun oleh perencanaan dan mengandung resiko, karena terjadi dalam situasi nyata dan berhadapan dengan kendala materil dan non materil.

c. Observasi (Observation): Observasi berfungsi mendokumentasikan pengaruh tindakan terkait. Observasi memberikan pertanda tentang pencapaian refleksi. Bahan pokok yang diobservasi adalah tindakan, pengaruhnya, dan konteks situasi tempat tindakan dilakukan.

d. Refleksi (Reflection): Refleksi adalah mengingat dan merenung kembali suatu tundakan persis seperti yang telah dicatat dalam observasi. Refleksi berusaha memahami proses, masalah, persoalan dan kendala yang nyata dalam tindakan strategik. Pada tahap refleksi diadakan diskusi diantara para peserta, melalui diskusi kelompok memberikan dasar perbaikan rancana selanjutnya. Refleksi memiliki aspek evaluatif, untuk menilai apakah pengaruh tindakan memang sesuai yang diinginkan dan memberi saran-saran tentang cara-cara untuk meneruskan pekerjaan. Refleksi juga mengandung pengertian deskriptif, yaitu memungkinkan dilakukannya peninjauan, pengembangan gambaran yang baik.

Dalam proses refleksi akan ditemukan hal-hal sebagai berikut:

ANALISA > PEMAKNAAN > PENJELASAN > PENYUSUNAN
KESIMPULAN > IDENTIFIKASI TINDAK LANJUT

Dalam PTK, hal yang menjadi pokok penelitian meliputi :
1. Variabel Penelitian, terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat
2. Tempat dan Waktu Penelitian, menceritakan setting penelitian
3. Subjek Penelitian, objek yang diteliti
4. Metode Penelitian,Metode Penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah
Penelitian Tindakan Kelas (PTK)Didalam penelitian ini terdapat 3 (tiga) siklus
yang akan digunakan. Setiap siklus terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu :
a. Perencanaan (planning)
b. Tindakan (acting)
c. Observasi (observasing)
d. Refleksi (reflekcting)

Teknik Pengumpulan Data
Selanjutnya, dari kegiatan diatas dilanjutkan dengan pengumpulan data, yang terdiri dari :
1. Tes
tes dilakukan untuk mendapatkan jawaban-jawaban yang diharapkan dari setiap siswa baik lisan maupun tulisan.Tes dilakukan pada akhir siklus dalam setiap proses penelitian.

2. Observasi
Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara sistematis, (Arikunto). Metode ini dilakukan untuk mengamati dan mencatat secara langsung segala sesuatu yang berkaitan dengan penelitian ini yang berpedoman pada lembar observasi sebagai data pendukung ,data ini berupa catatan dan instrumen pemantauan kelas.
Teknik Analisa Data
Dari hasil pengumpulan data, kemudian data tsb dianalisa untuk mengetahui hasil dari tindakan


Data Tes
Analiasis data tes yang digunakan adalah membandingkan data T0> T1> T2 >T3 . Jika diperoleh data T3> T2> T1 >T0 maka dikatakan penelitian ini berhasil.
T0 = Tes yang diambil sebelum adanya perlakuan
T1 = Nilai hasil belajar setelah tindakan pada siklus I.
T2 = Nilai hasil belajar setelah tindakan pada siklus II.
T3 = Nilai hasil belajar setelah tindakan pada siklus III.


Data hasil belajar diperoleh dari hasil pemeriksaan lembar tes siswa dengan rumus sebagai berikut:

Nilai = Jumlah Skor yang Diperoleh x 100
Jumlah Skor Maksimum

Selain itu dihitung juga persentase untuk menentukan keputusan belajar siswa dengan rumus:
Np = n / N x 100%

Keterangan :
Np : Nilai persentase hasil belajar siswa.
n : Nilai yang diperoleh siswa dari nilai tes hasil belajar.
N : Jumlah seluruh nilai tes hasil belajar.



Data Observasi
Untuk menentukan keaktifan siswa dalam observasi maka di tentujan dengan rumus dibwah ini:

Skor Aktifitas Siswa = deskriptor yang muncul x 100
Jumlah maksimum descriptor

Dari hasil perhitungan keaktifan siswa maka diperoleh rumus untuk menghitung rata-rata keaktifan kelas dengan rumus:
Persentase rata-rata keaktifan siswa dikelas = Nm/Jumlah Desriptor x 100%
N

Keterangan :
Nm = Jumlah sekuiruh item yang di cek
N = Jumlah siswa



Dierich dalam Hamalik menyatakan, aktivitas belajar dibagi kedalam beberapa kelompok, diantaranya yaitu sebagai berikut:
1. Aktivitas Visual
2. Aktivitas Verbal
3. Aktivitas Mendengarkan
4. Aktivitas Menulis
5. Aktivitas Metrik/Psikomotor
6. Aktivitas Mental
Powered By Blogger