Assalamu'alaikum...

harap dibaca....

Selamat datang di Blog saya.

Foto saya
Purwokerto, Jawa Timur, Indonesia

Rabu, 04 Agustus 2010

starategi pembelajaran praktek

Di dalam praktek kita sering menjumpai beberapa jenis praktek yaitu
1. praktek demontrasi yaitu praktek yang di bimbing oleh guru atau orang yag telah mengusai keterampilan tersebut
2.praktek di labaratorium sekolah
3. praktek di dunia usaha
Di dalam pembelajaran SMK untuk mendapatkan keterampilan yang memadai dari hasil studi kasus loose (1988) menyimpulkan bahwa proses belajar mengajar diteknologi dan kejuruan berlangsung pada beberapa tempat yaitu (a) di kelas 27% (b) bengkel sekolah 17 % (c) unit produksi sekolah 9% dan tempat kerja 43% jadi di lihat dari komposisi tersebut pembelajaran yang bersifat latihan (praktik) lebih besar.
Walaupun di sini penulis hanya melakukan penelitian di dalam ruang lingkup sekolah.
Pada pembelajaran di SMK pelajaran teori di lakukan sebelum pelajaran latihan ( praktek ) menurut Nolker (1983) mengenai lama waktu masing – masing pelajaran teori dan praktik di suatu tempat berbeda di sesuaikan dengan cara guru memberikan pelajaran,jadi tentang kesepakatan waktu setiap sekolah antara pembelajaran teori dan praktik berbeda – beda. oleh sebab itu jika terlalu singkat waktunya maka akan lenyap fungsi dari penyusunan program pendidikan kejuruan ,dan jika terlalu panjang akan merusak kesinambungan antara komponen – komponen teori dan praktik.dan menurut wena (1996) alokasi waktu untuk mengajar keterampilan teknologi dan kejuruan adalah 65 % praktik dan 25 % pragaan (demontrasi) dan dalam arti melihat, mendengar penjelasan guru 25 %. Di sini peneliti akan membahas tentang waktu yang di gunakan dalam latihan ( praktek ) sehingga hasil latihan di sekolah dapat dilakukan dengan tuntas,Suatu kelas di sebut tuntas belajar bila di kelas tersebut jumlah siswa telah mencapai daya serap > 85 % (Depdikbub, 1994 : 39)
dengan alokasi waktu tersebut maka guru hendaknya mempertimbangkan waktu dalam latihan dan teori sehingga dapat di capai hasil latihan yang baik.
latihan yang baik adalah latihan yang tidak membosankan dan kereatif baik pelaksanaan maupun isi dari latihan tersebut

pendekatan konsep

Pendekatan Konsep
Menurut Rosser (dalam Sagala, 2009:73) konsep adalah suatu abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-kegiatan, atau hubungan-hubungan yang mempunyai atribut-atribut yang sama. Konsep didefinisikan sebagai abstraksi dari ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan yang memungkinkan manusia berfikir. Tafsiran atau pengertian seseorang terhadap suatu konsep disebut konsepsi. Konsep menunjukkan suatu hubungan antar konsep-konsep yang lebih sederhana sebagai dasar perkiraan atau jawaban manusia terhadap pertanyaan-pertanyaan yang bersifat asasi tentang mengapa suatu gejala itu bisa terjadi. Konsep merupakan pikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menjadi produk pengetahuan yang meliputi prinsip-prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman melalui generalisasi, dan berfikir abstrak. Konsep dapat mengalami perubahan disesuaikan dengan fakta atau pengetahuan baru, sedangkan kegunaan konsep adalah meramalkan dan menjelaskan.
Konsep adalah klasifikasi perangsang yang memiliki ciri-ciri tertentu yang sama. Konsep merupakan struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Manifestasi (perwujudan) proses kognitif melalui tahap-tahap sebagai berikut:
a. Mengklasifikasikan pengalaman untuk menguasai konsep tertentu yang sama.
b. Menafsirkan pengalaman dengan jalan menghubungkan konsep yang telah diketahui untuk menyusun generalisasi.
c. Mengumpulkan informasi untuk menafsirkan pengalaman, tahap ini disebut berpikir asosiatif.
d. Menginterprestasikan atau menafsirkan pengalaman-pengalaman keadaan yang telah diketahui.
Setiap konsep yang telah diperoleh mempunyai perbedaan isi dan luasnya. Seseorang yang memiliki konsep melalui proses yang benar pengalaman dan pengertiannya akan kuat. Kemampuan membedakan sangat dibutuhkan dalam penguasaan konsep. Dapat membedakan konsep berarti dapat melihat ciri-ciri setiap konsep.
Ciri-ciri suatu konsep adalah sebagai berikut:
a. Konsep memiliki gejala-gejala tertentu.
b. Konsep diperoleh melalui pengamatan dan pengalaman langsung.
c. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya.
d. Konsep yang diperoleh berguna untuk menafsirkan pengalaman-pengalaman.
e. Konsep yang benar membentuk pengertian.
f. Setiap konsep berbeda dengan melihat ciri-ciri tertentu.
Pendekatan Konsep Dalam Kegiatan Belajar Mengajar
Konsep dasar adalah konsep yang diperoleh melalui pengalaman yang benar. Konsep dasar berkembang melalui bimbingan pendidikan dan proses belajar mengajar.Contoh : Perkembangan konsep bahasa anak dimulai dari suara-suara yang tak ada artinya (berceloteh) menjadi suara, huruf, lambat laun menjadi suku kata.
Konsep dimulai dengan memperkenalkan benda konkret, berkembang menjadi simbol sehingga menjadi abstrak yang berupa ucapan atau tulisan yang mengandung konsep yang lebih kompleks. Konsep yang kompleks memerlukan permunculan berulang kali dalam satu pertemuan dalam kelas, didukung media atau sarana yang tepat. Contoh : Kalau pengajar menjelaskan konsep “mata”, maka pembelajar dapat memperlihatkan mata mereka secara konkret. Pengajar bertanya, “ Dimana matamu ?, Apa gunanya mata ?, Berapa matamu ? “. Dan pertanyaan-pertanyaan ini pembelajar dapat menghubungkan benda konkret dengan fungsinya dan kegiatannya. Semua ini memunculkan pengalaman baru. Dalam proses internalisasi suatu konsep perlu diperhatikan dari beberapa hal, antara lain:
a. Memperkenalkan benda-benda yang semula tak bernama menjadi bernama.
b. Memperkenalkan unsur benda, sehingga memberi kemungkinan unsur lain. Contoh : Bunga-berbau (harum/tak harum), Berwarna (bermacam-macam), Berdaun (kecil, besar), Berduri (lunak, keras).
c. Menunjukkan ciri-ciri khusus pada benda yang diperlihatkan.
d. Menunjukkan persetujuan dengan membandingkan contoh dan bukan contoh. Contoh : Pakaian: kain-kain yang dibuat dan dipakai di badan. Bukan contoh : tas, kalung, giwang; barang-barang ini dipakai tetapi bukan pakaian, melainkan pelengkap pakaian.


Oleh karena itu, kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah :
1. Menanti kesiapan belajar, kematangan berpikir sesuai dengan unsur lingkungan.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang kompleks.
4. Penjelasan perlahan-lahan dariyang konkret sampai yang abstrak.

Langkah-langkah mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu :
a. Tahap Enaktif dimulai dari ;
1. Pengenalan benda konkret.
2. Menghubungkan dengan pengalaman lama atau pengalaman baru.
3. Pengamatan, penafsiran tentang benda baru.

b. Tahap Simbolik, dengan memperkenalkan ;
1. Simbol, lambang, kode, seperti angka, huruf, kode, seperti (?,=,/).
2. Membandingkan antara contoh dan non contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti akan ciri-cirinya.
3. Memberi nama, istilah, serta definisi.

c. Tahap Ikonik, tahap ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak, seperti ;
1. Menyebut nama, istilah, definisi, apakah siswa sudah mampu mengatakannya
Penjelasan Langkah-Langkah Pendekatan Konsep
1) Tahap Enaktif
a. Pengajar memperlihatkan barang-barang yang sering dipakai orang sehari-hari untuk menutup badan dan perlengkapannya. Pembelajar diminta mengamati dan menghubungkan dengan apa yang pernah dialaminya atau barangkali ada kreasi baru.
b. Pengajar bertanya agar mendapat respons tentang barang-barang tersebut. Apakah kamu pernah mengenakan barang seperti ini jawabnya ya atau tidak. Apakah kamu pernah mengenakan barang seperti ini, jawabnya ya atau tidak. Apakah barang-barang ini sambil diperagakan, dipakai di badan, disebagian badan atau di seluruh badan serta dikaki, di tangan atau di leher, jawabnya “ ya atau tidak “. Kegiatan ini diulang-ulang sehingga jelas dan pembelajar ada yang merespons betul dan ada juga yang salah. (htttp://pakdesofa.blog.plasa.com/archives/26)

2) Tahap Simbolik
a. Pengajar memperlihatkan gambar tentang barang-barang yang ditunjukkan pada a dan b. Pembelajar menunjuk dan menyebut ciri-ciri khusus tiap-tiap benda tersebut, misalnya ;
1. Terbuat dari: kain, kulit, plastik.
2. Bermacam-macam warna: putih, cokelat.
3. Berbeda-beda model: berlengan, berkerah.
b. Pengajar bersama pembelajar memberi sebuah nama atau istilah. Gambar atau barang yang termasuk baju dan gambar atau barang yang bukan baju tetapi sebagai pelengkap. Pembelajar secara lisan dapat menyebut dengan nama dan definisinya.

3) Tahap Ikonik
a. Pengajar menunjuk tulisan “BAJU”,pembelajar mengucapkan “BAJU”.
b. Bila pengajar menyuruh seorang pembelajar, “Lipatlah baju ini”, maka pembelajar pun akan mengambil salah satu baju dan dilipat. Ini pertanda bahwa pembelajar telah memiliki konsep.


Berdasarkan kesimpulan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa konsep merupakan suatu buah pemikiran seseorang, tafsiran atau pengertian seseorang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep itu sendiri diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak, fungsi konsep itu sendiri adalah menjelaskan, meramalkan dan menafsirkan
Powered By Blogger